Sistem CVT pada Sepeda Motor Matic

Bagi para pencinta sepeda motor, terutama sepeda motor matic, tentu saja sudah tak asing lagi dengan istilah CVT. walaupun sering mendengar istilah CVT, tetapi saya yakin bahwa ada pembaca yang belum mengetahui tentang CVT itu. Unruk itu saya akan mengulas sedikit mengenai CVT. CVT itu sebenarnya apa sih? CVT singkatan dari Continously Variable Transmission yang merupakan teknologi pengembangan dari sistem transmisi manual yaitu CVT merupakan transmisi otomatis yang dipasang pada beberapa tipe kendaraan saat ini. Pada sistem CVT ini akan menghasilkan perbandingan reduksi antar roda gigi secara otomatis sesuai dengan kecepatan putaran mesin, sehingga pengendara terbebas dari memindahkan transmisi/ persneling atau gigi secara manual sehingga akan membuat pengendaraan lebih nyaman dan santai.
Untuk bagian-bagian dari sistem CVT dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Terus bagaimana cara kerja dari sistem CVT itu? Cara kerja dari sistem CVT pada sepeda motor terutama matic dimulai dari putaran stasioner hingga putaran tinggi. Sistem kerja dari CVT pada sepeda motor matic, antara lain:

1. Putaran stasioner
Pada putaran ini, yaitu pada putaran stasioner (langsam), putaran dari poros engkol atau crank shaft akan diteruskan ke pully primer kemudian putaran tersebut diteruskan pada pully sekunder yang dihubungkan dengan menggunakan V-belt. Selanjutnya putaran dari pully sekunder akan diteruskan ke kopling sentrifugal. Namun pada saat putaran stasioner ini, putaran pully sekunder masih rendah  sehingga kopling sentrifugal belum bekerja. Hal tersebut disebabkan karena gaya tarik dari per kopling masih lebih kuat dari pada gaya sentrifugalnya, sehingga kampas kopling belum menyentuh rumah kopling, sehingga roda belakang tidak berputar

2. Saat mulai berjalan
Ketika putaran mesin meningkat, maka putaran dari pully sekunder pun akan meningkat sehingga kopling sentrifugal meningkat putarannya dan roda pun mulai berputar. Ini terjadi karena adanya gaya sentrifugal yang semakin kuat dibandingkan dengan gaya tarik per. Pada saat mesin meningkat, sepatu kopling akan terlempar sehingga kampas kopling akan menyentuh rumah kopling (terjadi pengkopelan antara kampas kopling dan rumah kopling). Pada kondisi ini V-belt pada bagian pully primer diameternya akan mengecil dan V-belt pada bagian pully sekunder diameternya akan membesar.

3. Saat putaran menengah
Pada saat putaran menengah, diameter dari V-belt baik pada pully primer dan sekunder akan berada pada posisi balance atau hampir sama besar. Hal ini terjadi karena gaya sentrifugal weight pada pully primer bekerja dan akibatnya akan mendorong sliding sheave ke arah fixed sheave (semakin mendekat). Tekanan pada sliding sheave mengakibatkan V-belt bergeser dan membuat diameternya membesar pada pully primer. Selanjutnya V-belt pada pully sekunder mengikuti, sehingga diameter V-bel pada pully sekunder mengecil.

4. Saat putaran tinggi
Pada kondisi ini yaitu pada saat kendaraan berjalan pada putaran tinggi, diameter V-belt pada pully primer lebih besar dari pada V-belt pada pully sekunder.

Untuk kelebihan dari sistem CVT ini adalah dengan sistem ini dapat memberikan perubahan tkecepatan dan gaya putar mesin ke roda bagian belakang secara otomatis. Tentunya dengan perubahan rasio yang sangat tepat dan akurat tanpa harus memindahkan gigi persneling. Saat perpindahan giginya juga lebih halus karena tidak terdapat hentakan seperti pada sistem transmisi manual

0 Response to "Sistem CVT pada Sepeda Motor Matic"

Post a Comment